Cuilan Permata di Kaki Gunung Raung
Songgon kaya akan potensi dan simbol kebangkitan

Keterangan Gambar : Salah satu daya tarik Alam Songgon
Cuilan Permata di Kaki Gunung Raung
Oleh: Yusuf Sugiyono – Pegiat Wisata & Lingkungan
Baca Lainnya :
- Sejuta Manfaat Bambu bagi ekosistem dan kehidupan
Editorial: Peternakan Tawon Klanceng, Potensi Ekowisata Masa Depan
Petani Kelapa Songgon Khawatirkan Serangan Hama
Berita Promo: Harmony Sound System, Solusi Sewa Alat Pesta Terjangkau dan Berkualitas
Jembatan Penghubung Tiga Desa di Songgon Banyuwangi Amblas, Warga Mendesak Perbaikan Segera
Songgon, sebuah kecamatan di Banyuwangi, adalah potongan kecil surga yang tersembunyi di kaki Gunung Raung. Dengan ketinggian rata-rata 600-800 mdpl, wilayah ini menawarkan lanskap alam yang memukau sekaligus potensi ekonomi yang melimpah. Tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata yang menawan, Songgon dengan sembilan desa yang menaunginya juga menjadi pusat pertanian pangan, perkebunan, kehutanan, hingga sumber energi terbarukan yang berperan penting bagi kesejahteraan masyarakat.
Keunikan Songgon tidak hanya terletak pada kekayaan alamnya, tetapi juga pada keberagaman sosial dan budaya yang dimilikinya. Berbagai suku, seperti Osing, Jawa, dan Madura, hidup berdampingan dalam harmoni, mencerminkan kekayaan multikultural khas Nusantara. Tradisi dan adat istiadat yang masih terjaga menambah daya tarik tersendiri, menjadikan Songgon tidak hanya menarik dari segi pariwisata, tetapi juga dari perspektif sosial dan antropologis.
Pariwisata Songgon terus berkembang dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan. Keindahan hutan pinus, aliran sungai yang jernih, air terjun eksotis, hingga wisata edukasi pertanian dan perkebunan menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun, tanpa strategi pengelolaan yang tepat, potensi besar ini bisa saja menjadi bumerang.
Oleh karena itu, pendekatan berbasis kearifan lokal harus menjadi landasan dalam mengembangkan Songgon. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata, kolaborasi dengan pelaku usaha, serta sinergi dengan pemerintah akan menjadi kunci utama untuk memastikan keseimbangan antara eksploitasi dan konservasi. Dengan demikian, pembangunan tidak hanya membawa manfaat ekonomi, tetapi juga tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Selain kaya akan sumber daya alam, Songgon juga menyimpan jejak sejarah yang penting bagi Banyuwangi. Peristiwa heroik Perang Puputan Bayu pada 18 Desember 1771, di mana Pangeran Jagapati memimpin perlawanan sengit melawan VOC, menjadi bukti bahwa Songgon bukan sekadar tanah yang indah, tetapi juga tanah para pejuang. Kini, sudah saatnya Songgon kembali bersinar, tidak hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai simbol kebangkitan Banyuwangi.
Dengan pengelolaan yang baik dan strategi pembangunan yang berkelanjutan, Songgon bisa menjadi contoh bagaimana sebuah wilayah bisa tumbuh tanpa kehilangan identitasnya. Songgon adalah permata yang terus berkilau, menyimpan harapan besar bagi kemajuan Banyuwangi dan menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia.**"